Hadis Nabi Roso Jawi

Bahr al-Madzi dan Cara Orang Nusantara Mensyarah Hadis Nabi

Penulis : Hilmi Firdausy, MA.
Tebal : xiv + 278 halaman
Ukuran : 14 x 21 cm

Kategori

Sinopsis Buku Hadis Nabi Roso Jawi

Buku ini diberi judul Hadis Nabi Roso Jawi. Roso, atau rasa, adalah kata yang mencerminkan satu kondisi paling subyektif dalam diri manusia. Ia berkaitan dengan aspek-aspek sentimental, entah itu mentalitas, identitas, emosi, selera, maupun ideologi, yang membuatnya seringkali sulit untuk dijelaskan. Roso akan selalu ada meskipun keberadaannya tidak diakui. Ia lalu menjadi seperangkat sistem yang akan membengkokkan setiap kehadiran “yang liyan”, dan menentukan bentuk relasi semacam apa yang seharusnya terwujud. Roso, yang kelak akan mengejawantahkan dirinya sebagai tradisi, adalah “al-qadim al-salih” yang menjadi situs dan ruang bagi setiap kehadiran “al-jadid”.

Demikian halnya yang terjadi dalam konteks-konteks hadis Nabi. Ia hadir ke alam kenusantaraan, dan “roso” pun membentuk ruang yang memaksa hadis-hadis itu menyesuaikan dirinya. Dalam tawar-menawar dan proses dialogis itulah hadis-hadis Nabi menemukan patahan-patahan epistemologisnya. Patahan yang terdiri dari retak-retak strategi naratif, pemilihan medium bahasa-aksara, sisipan uslub dan diksi, maupun bungkus ideologi dalam upaya menjelaskan hadis itu sendiri, menyebabkan hadis Nabi mengalami beberapa pengondisian, yang pada tahap tertentu, akan melepasnya dari konstruksi historis-ideologis asalinya lalu menerima bingkai dan “rasa” baru yaitu “kenusantaraan”. Upaya mematah-matahkan hadis semacam ini diemban oleh al-Marbawi dan Bahr al-Madhi adalah produknya. Tidak hanya al-Marbawi dan Bahr al-Madhi, hal yang sama kemungkinan besar juga tergambar dalam kitab-kitab “hadis” lain yang ditulis ulama Nusantara. Dan inilah yang membuat hasil pensyarahan hadis ulama Nusantara menjadi unik dan berbeda. Dengan raupan subyektifitas yang proporsional, hadis Nabi menerima sentuhan yang membuatnya dekat sekali dengan kita.